ELISITASI
Salah satu sumber utama bahan obat adalah tumbuhan.
Bahan-bahan bioaktif tumbuhan
umumnya
merupakan metabolit sekunder. Secara konvensional metabolit sekunder dapat
diperoleh dengan cara mengekstraksi langsung dari organ tumbuhan. Namun cara
tersebut memerlukan budi daya tanaman dalam skala besar, disamping itu proses
ekstraksi, isolasi dan pemurniannya mahal.
Selain itu bila harus dibuat secara sintetis,
harganya akan mahal karena struktur aktifnya sangat kompleks (Balandrin &
Klocke,1988). Beberapa kelemahan metode konvensional tersebut, perlu diatasi
dengan penemuan metode yang lebih baik. Penggunaan kultur jaringan untuk
produksi metabolit sekunder dapat digunakan sebagai alternatif karena dapat
mengatasi berbagai permasalahan di atas. Metode kultur jaringan tidak memerlukan
bahan yang banyak, lahan yang luas, dapat diproduksi secara terus menerus dan
proses pemurniannya lebih mudah karena sel-sel hasil kultur jaringan tidak
banyak mengandung pigmen sehingga biaya pemrosesannya lebih rendah. Pada kultur
jaringan, kultur sel dan kultur kalus (kumpulan sel yang belum terorganisasi
dan belum terdiferensiasi) berpotensi sebagai sarana produksi metabolit
sekunder.
Menurut Mantell & Smith (1993), kandungan
metabolit sekunder dalam beberapa kultur sel dan kultur kalus masih relatif
rendah, oleh karena itu diperlukan metode dalam kultur jaringan yang dapat
meningkatkan kandungan metabolit sekunder termasuk bahan bioaktif tumbuhan.
Salah satu metode yang banyak dikembangkan adalah metode elisitasi. Elisitasi
adalah metode untuk menginduksi secara simultan pembentukan fitoaleksin,
metabolit sekunder konstitutif atau metabolit sekunder lain yang secara normal
tidak terakumulasi (Barz, et al.,1990). Elisitasi dapat dilakukan dengan
menambahkan elisitor abiotik maupun biotik. Elisitor biotik dapat berupa fungi atau
ragi. Selain itu, elisitasi merupakan suatu respon
dari suatu sel untuk menghasilkan metabolit sekunder. Dalam hal ini adanya
interaksi patogen dengan inang akan menginduksi pembentukan fitoaleksin pada
tumbuhan. Fitoaleksin itu sendiri merupakan senyawa antibiotik yang mempunyai
berat molekul rendah, dan dibentuk pada tumbuhan tinggi sebagai respons
terhadap infeksi mikroba patogen. Senyawa yang merupakan bagian dari mekanisme
tersebut dapat dianalogikan dengan antibody yang terbentuk sebagai respons imun
pada hewan (Yoshikawa&Sugimito, 1993). Elisitor selain dapat menginduksi
sintesis fitoaleksin, ternyata dapat juga menginduksi sintesis metabolit
sekunder yang bukan fitoaleksin pada kultur kalus dan sel (Eilert et al 1986).
Elisitor
terdiri atas dua kelompok, yaitu elisitor abiotik dan elisitor biotik (Logemann
1995).
1. Elisator abiotik, bisa berasal dari senyawa anorganik , radiasi
secara fisik, seperti ultraviolet, logam berat, dan detergen.
2. Elisator biotic dapat
dikelompokkan dalam elisator endogen,dan elisator eksogen,yaitu:
a) Elisator endogen, umumnya berasal dari bagian tumbuhan itu
sendiri, seperti bagian dari dinding sel ( poligogalakturonat ) yang rusak.
Rusaknya dinding sel ini, disebabkan oleh suatu serangan pathogen. Dinding sel
yang rusak dan terluka oleh karena aktivitas enzim hidrolisis dari serangan
pathogen.
b) Elisator eksogen, bisa berasal dari dinding jamur misalnya kitin,
atau glukan. Selain itu dapat berupa senyawa yang disintesis, misalnya protein
( enzim ) ( Salisburry & Ross, 1995 ).
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa metode
elisitasi dapat meningkatkan kandungan fitoaleksin dan metabolit sekunder lain
pada tumbuhan tertentu. Kandungan fitoaleksin kapsidiol pada kultur sel
Capsicum annuum dapat ditingkatkan setelah diberi penambahan ekstrak dari spora
dan miselium Gliocladium deliquescens. Antosianin pada kultur sel Daucus carota dapat
ditingkatkan setelah diberi penambahan filtrat sel dan homogenat dari
Escherichia coli, Staphyllococcus aureus, Saccharomyces cereviseae, dan Candida
albicans.
Proses penambahan elisitor pada sel
tumbuhan untuk menginduksi dan meningkatkan pembentukan metabolit sekunder.
Kebanyakan proses elisitasi terjadi ketika elisitor berasal reaksi oleh adanya
infeksi patogen pada tanaman. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan
digunakan untuk mekanisme pertahanan terhadap patogen tersebut.
Mekanisme pertahanan
Tumbuhan
memiliki banyak mekanisme pertahanan terhadap serangan patogen yang secar umum
gabungan dari dua kombinasi yaitu;
1. Mekanisme
konstitutif
Mekanisme awal yang sudah ada sebelum infeksi (preexisting). Umumnya sifat-sifat
struktural yang berfungsi sebagai penghalang fisik dan menghambat patogen yang
akan masuk dan berkembang di dalam tumbuhan.
Contohnya :
a)Lilin
pada permukaan daun untuk mencegah terbentuknya lapisan air sehingga tidak
lembab (suasana lembab mendukung pertumbuhan beberpa mikroba dan patogen
lainnya
b)
Duri pada batang untuk mencegah serangan
hewan
c)Kutikula
yang tebal dapat meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap infeksi patogen yang
masuk ke tumbuhan inang hanya melalui penetrasi secara langsung
2. Mekanisme
induksi
Mekanisme pertahanan yang diinduksi oleh suatu
substansi yang disebut sebagai elisitor. Mekanisme induksi inilah yang akan
dibahas lebih dalam karena berhubungan langsung dengan proses elisitasi.
Elisitor dan mekanisme elisitasi
1.
ELISITOR
Awalnya elisitor
didefinisikan sebagai molekul yang dapat menginduksi fitoaleksin, tetapi
sekarang pengertiannya meluas menjadi senyawa yang dapat menginduksi mekanisme
pertahanan dan sekresi metabolit sekunder yang berhubungan dengan mekanisme
pertahanan yang terjadi pada proses elisitasi. Elisitor selain dapat
menginduksi sintesis fitoaleksin, ternyata dapat juga menginduksi sintesis
metabolit sekunder yang bukan fitoaleksin pada kultur kalus dan sel.
Klasifikasi elisitor secara umum dibagi
menjadi 2 yaitu;
1.Elisitor fisik (berasal dari luka
fisik)
2.Elisitor kimiawi (biotik dan abiotik)
2. MEKANISME
ELISITASI
Riset mengenai elisitasi masih
dikembangkan hingga saat ini karena mekanismenya sangat rumit. Efek dari elisitor abiotik yang berpengaruh pada
overproduksi dari metabolisme sekunder masih sulit untuk dipahami. Sampai saat ini hipotesisnya adalah messenger ion Ca2+ berpengaruh pada
integritas membran , inhibisi atau
aktivasi dari jalur intraseluler, dan perubahan tekanan osmotik yang
berperan sebagai agen yang memberi tekanan pada produksi metabolit sekunder.
Kebanyakan riset saat ini berfokus pada elisitor karbohidrat dan biotik.
Mekanisme umum untuk elisitasi biotik
pada tanaman berbasis pada interaksi respetor-elisitor. Ketika sel tanaman
berinteraksi dengan elisitor, terjadi aktivitas biokimia yaitu:
a)
Pengikatan elisitor ke dalam reseptor
pada membran plasma.
b)
Pengubahan aliran ion sepanjang membran
sel tanaman contoh efflux Cl- dan K+ dan influx Ca2+ .
Pada
tanaman, ion Ca2+ telah diketahui sebagai perantara pada berbagi respon sel
terhadap sinyal dari lingkungan termasuk patogen. Contohnya, pada tanaman parsley,
saluran elicitor-responsive calcium channel ¬ telah diidentifikasi dan terjadi
influx sementara dari kalsium beberapa menit setalh infeksi fungi. Tanda lain
bahwa elisitor dapat menginduksi influx dari proton adalah : turunnya pH
sitoplasma(menjadi lebih asam), depolarisasi plasma membran, dan alkalisasi
secara cepat pada medium kultur.
c)
Peningkatan aktivitas phospolipid pada
beberapa jaringan tanaman setalah berkontak dengan elisitor, sintesis perantara
sekunder P3 dan DiAcylGliserol yang memediasi produksi Ca2+ intraseluler,
nitrit oksida, dan jalur octacanoid.
d)
Perubahan cepat pada fosforilasi
protein. Fosforilasi reversibel memegang peranan penting dalam transfer sinyal
tanaman selama melawan tekanan dan patogen.
e)
Aktivasi G-protein yang berperan dalam
respon awal elisitor.
f)
Aktivasi NADPH oksidase yang berperan
dalam pengasama sitosol.
g)
Reorganisasi sitoskeleton.
h)
Akumulasi protein yang berkorelasi
dengan prtogen seperti chitinases dan glucanases, endopolygalacturonases,
hydroxyp-roline-rich glycoproteins, dan protease inhibitors.
i)
Kematian sel pada tempat infeksi.
j)
Struktur dinding sel yang berubah.
k)
Aktivasi transkripsi gen yang
berhubungan dengan respon terhadap patogen.
l)
Produksi molekul pertahanan tanaman
seperti tanin dan fitoaleksin (2-4 jam setelah stimulais elisitor.
m)
Sintesis jasmonic acid dan salicylic
acid.
n)
Resistensi sistematik terhadap patogen.
Walaupun
begitu tidak semua mekanisme elisitor dalam elisitasi bekerja seperti poin-
poin diatas. Masih banyak jalur metabolisme pada tanaman yang mempengaruhinya.
Masih diperlukan studi lebih lanjut untuk memahami mekanisme elisitasi pada
tanaman karena setiap tanaman dapat memiliki mekanisme yang berbeda- beda.
terima kasih banyak, sangat membantu
BalasHapus